PENGARUH FAKTOR GENETIS DALAM KESEHATAN MASYARAKA
Disusun Oleh: Elvi Zuliani, SKM
Salah satu faktor yang
mempengaruhi status kesehatan masyarakat
yang tidak dapat dipungkiri menurut teori H.L. Blum adalah faktor genetik
(keturunan). Genetika adalah sesuatu yang
diwarisi dari orang tua kepada keturunannya yang dapat merupakan suatu anugerah juga merupakan sesuatu yang
tidak dapat dihindari bagaimanapun caranya. Tatapi dalam hal penyakit genetika
juga merupakan faktor penting sebagai hal yang menentukan keberlangsungan
penyakit tersebut maupun cara untuk penanggulangan penyakit itu
“Bagaimanakah faktor genetis tersebut dapat mempengaruhi kesehatan masyarakat”
Tentu pertanyaan ini selalu terdengung, dan berbagai
hasil penelitian sudah mengungkapnya. Tetapi pada kali ini saya mengulas sudut
pandang faktor genetis tidak hanya pada penyakit keturunan saja melainkan dari
semua aspek penyakit dimana fungsi genetis mengambil peran serta untuk ikut
andil dalam perkembangan patofisiologis dan prognosis penyakit-penyakit yang
ada di masyarakat tersebut.
Diatas segalanya, keadaan genetik atau genom individu
juga merupakan bagian esensial dari penyebab penyakit. Hal ini benar sebab
sifat anatomik hospes, berbagai macam mekanisme fisiologis kehidupan
sehari-hari dan cara memberikan respon terhadap cedera semuanya ditentukan oleh
informasi genetik yang terkumpul pada saat konsepsi.
Bila kita lihat dari riwayat alamiah penyakit pada
penyakit-penyakit infeksi yang jelas penyebabnya eksogen, faktor genetik dapat
mempengaruhi kepekaan terhadap agent yang menular tersebut juga terhadap pola
penyakit tersebut ditimbulkan.
Dengan memperhatikan keseimbangan relatif antara
keturunan dan lingkungan sebagai penyebab timbulnya penyakit, terlepas spektrum
yang lebar terbentang diantara faktor lingkungan dan faktor genetis. Pada ujung
yang satu dari spektrum terdapat penyakit-penyakit yang terutama ditentukan
oleh agent lingkungan terlepas dari latar belakang keturunan individual,
sedangkan pada ujung lainnya terdapat penyakit-penyakit yang merupakan akibat
dari perencanaan susunan genetik yang salah. Penyakit ini biasa kita kenal
dengan penyakit keturunan, penyakit yang diwujudkan pada hampir setiap pembawa
informasi genetik yang salah tanpa mengindahkan faktor ekstrinsik.
Sedikit kita ungkap proses genetika individual
Asam Nukleat adalah zat kimia yang bertanggung jawab atas
penyimpanan dan penyaluran semua informasi yang diperlukan untuk perencana,
pembentukan fungsi dari satu sel dan bahkan seluruh tubuh secara utuh. Dalam
proses selanjutnya asam nukleat terbagi dua yaitu DNA (Deoksiribonucleic Acid ) dan RNA
(Ribonucleic Acid).
DNA
merupakan pembawa informasi genetic untuk sentesa protein. RNA melaksanakan
instruksi-intruksi yang dibawa oleh DNA. DNA membawa informasi genetic dalam
bentuk kode. Kode tersebut disusun dengan memakai dua basa purin dan dua basa
pirimidin. Tiga dari basa-basa ini dalam susunannya pada kode molekul DNA
diperlukan untuk asam amino tertentu dan dipakai sebagai sisipan pada peptide
yang sudah ada. Basa-basa ini menyalurkan semua informasi yang diperlukan untuk
sintesa protein.
Pasangan basa sangat
penting selama proses biosintesis protein,
baik untuk RNA demikian juga untuk DNA. Sebenarnya
semua DNA yang berada di dalam sel
berkedudukan di nukleus, sedangkan sintesis
protein dari asam amino terjadi dalam sitoplasma. RNA memainkan peranan sebagai perantara dalam menyalurkan kode informasi
dari nukleus ke sitoplasma, kemudian membantu pembentukan rantai
peptida. Transfer informasi dari nukleus ke
sitoplasma dilakukan oleh mRNA. Di
awal proses sintesis protein, mRNA disintesis di dalam nukleus melalui
proses yang melibatkan pemasangan basa.
Dalam proses ini, nukleotida bebas
dipasangkan sesuai dengan urutan
nukleotida dalam DNA. Basa keempat
dalam RNA adalah urasil bukan timin, tetapi
prosesnya sesuai seperti yang dijelaskan di atas. Sekali terbentuk, mRNA memasuki sitoplasma dan melekat
pada struktur yang disebut ribosom. Asam
amino bebas tidak langsung melekat
pada mRNA, tetapi terlebih dahulu diikat
oleh tRNA. Pada setiap 20 asam amino terdapat satu tRNA. Bentuk RNA ini
"mencari" tempat yang tepat
untuk melepaskan asam amino melalui proses pemasangan basa pada mRNA di
ribosom. Sistem pemasangan yang kompleks ini akhirnya
mengikatkan asam amino dalam urutan yang
sesuai dengan urutan yang sudah ditentukan sebelumnya oleh DNA di
nukleus. Transfer informasi genetik dari DNA ke mRNA dikenal dengan nama transkripsi. Infor masi ini terakhir kali dipakai untuk menyusun asam amino menjadi
peptida, proses ini disebut translasi.
Cara penyusunan
nukleotida DNA yang sangat bervariasi
memungkinkan terbentuknya variasi DNA yang berbeda
dalam jumlah yang sangat besar, demikian
pula RNA pelengkapnya. Suatu bagian DNA tertentu
dapat "memerintahkan" sel untuk
menghasilkan bahan kimia tertentu untuk mengontrol biosintesis sistem
enzim yang diperlukan di dalam sel. Hampir sama dengan itu, sebagian DNA lainnya memerintahkan sel-sel untuk mengembangkan susunan struktur-struktur
tertentu. Pada akhirnya, adalah DNA yang menentukan terkumpulnya ribuan juta
sel yang membentuk tubuh. Bagian-bagian DNA
menentukan batas tinggi seseorang, bentuk wajah, dan sejumlah sifat
bawaan dan proses-proses yang memberikan
sifat pada seorang individu. Beberapa
DNA bahkan dipakai untuk mengendalikan DNA lain, dengan memerintahkan sel
kapan waktu untuk
"menghidupkan" dan memakai sebagian informasi DNA yang
tersimpan didalamnya
Regulasi ekspresi informasi
genetik sangat penting, karena setiap sel
somatik normal dari seorang individu memiliki
total informasi genetik yang sama dengan setiap
sel lain. Sehingga sel epidermis dari seorang
individu mengandung informasi genetik yang sama
dengan sel-sel hati orang terse but. Perbedaan
kedua sel ini tergantung pada bagian "program" mana yang dikodekan oleh DNA untuk diekspresikan. Dengan kata lain,
"menghidupkan"segmen DNA yang memiliki kode untuk sifat-sifat sel
kulit menyebabkan perkembangan fenotip sel kulit, dan sisa informasi genetik
lainnya yang berada di dalam sel ini tidak dipakai.
Dalam perkembangan sel-sel hati, segmen
lain dari DNA yang "dihidupkan". Proses di mana sel-sel mengalami perbedaan satu dengan yang lainnya, baik susunan maupun fungsinya disebut
sebagai diferensiasi.
Gen dan Kromosom
Pada sel-sel yang tidak membelah, DNA
ditemukan hampir di seluruh bagian dalam nukleus. Walaupun dengan mikroskop,
molekul DNA tidak dapat dilihat sebagai
struktur yang tersendiri, tetapi hanya
sebagai bagian dari bahan dalam nukleus
yang diwarnai dengan jelas. Sewaktu
sel mulai membelah, bahan tersebut
mulai mengatur dirinya untuk membentuk untaian kromosom. Kromosom
ini mengandung banyak molekul DNA yang tersusun dalam urutan tertentu. Gen merupakan subunit dari kromosom. Gen adalah bagian DNA yang
menentukan produksi polipeptida yang mengendalikan perkembangan satu sifat
bawaan tertentu. Gen tidak tersebar secara
acak tetapi terletak pada posisi
tertentu pada kromosom, lokasi ini disebut loci.
Sebelum proses pembelahan sel, DNA
yang berada di dalam sel melipat ganda. Kemudian, selama pembelahan sel di mana setiap kromosom terpisah, terjadi pula pemisahan struktur, dan terbentuklah dua
sel anak yang identik. Pembelahan
sel semacam ini disebut mitosis, berawal dari zigot dan berakhir
dengan pengalihan informasi genetik secara identik pada setiap sel somatik
dari seorang individu yang sedang berkembang.
Setiap sel somatik normal memiliki 46 kromosom.
Tetapi jika sel-sel gamet atau sel benih dari seorang individu
berkembang dalam proses yang disebut gametogenesis,
maka diperlukan pengurangan
jumlah kromosom menjadi 23, sehingga
zigot dari generasi selanjutnya akan memiliki
jumlah kromosom yang normal, masing-masing 23 kromosom dari gamet kedua
orangtuanya. Sehingga pada gametogenesis,
terdapat fase pembelahan sel yang tidak sama dengan mitosis, fase yang
menghasilkan total DNA dan kromosomnya berkurang. Pembelahan sel semacam ini
disebut meiosis. Dalam proses pembelahan meiosis, terjadi pengurutan
informasi genetik secara acak, sehingga
setiap kromosom membawa campuran gen dari kedua pasang kakek-nenek.
"Pencampuran" informasi genetik ini terjadi pada saat fertilisasi
dari satu sperma yang terpilih secara acak dari sekelompok sperma lain, dan satu ovum yang telah tersedia. Gen -
gen dari seorang individu membentuk genotip, ekspresi luar dari
genotip, atau penampilan luar dari seorang individu disebut fenotip. Sehingga
walaupun satu anggota keluarga memiliki lebih banyak bagian DNA yang sama
dibandingkan dengan mereka yang bukan anggota keluarga tersebut, tetapi tidak identik, genom identik hanya dimiliki oleh
mereka yang kembar identik, yaitu saudara kembar hasil dari fertilisasi satu
ovum yang sama.
KELAINAN DENGAN WARISAN MULTI FAKTOR
Ekspresi Fenotip Dari Kelainan Genetik
Kelainan Kromosom
Dua tipe kelainan kromosom yang
mungkin terjadi dalam sindrom karakteristik
adalah kelainan dalam jumlah dan
kelainan dalam struktur dari kromosom.
Kelainan jumlah kromosom
Kelainan kromosom dapat berkembang dengan berbagai cara sewaktu pembelahan sel berlangsung.
Kegagalan ini menghasilkan kelainan jumlah
kromosom dalam sel, disebut aneuploidi. Kesalahan jumlah kromosom
ini dapat terjadi sewaktu pembelahan meiosis dari satu gamet atau terjadi
karena kegagalan berpisah di awal pembelahan
sel dari satu zigot. Kegagalan berpisah yaitu kegagalan dari pasangan
kromosom homolog untuk berpisah selama meiosis atau dalam tahap pertama
pembelahan sel zigot. Kegagalan ini mengakibatkan pembelahan sel menghasilkan
satu sel anak yang mengandung satu kromosom
ekstra dan satu sel anak lain yang jumlah kromosomnya kurang satu dari
normal.
Suatu
aneuploidi yang mengandung satu kromosom ekstra pada posisi tertentu (ada tiga bukan sepasang kromosom) disebut trisomi, dan aneuploidi
yang kromosomnya kurang satu (hanya satu dan bukan sepasang kromosom) disebut monosomi. Jika kegagalan berpisah terjadi pada
gamet, maka fertilisasi yang melibatkan sperma atau ovum tersebut akan
menghasilkan zigot dengan jumlah kromosom abnormal. Anomali ini akan terus ditransmisikan pada setiap sel keturunan
berikutnya. Jika kegagalan berpisah terjadi sewaktu pembelahan sel tahap pertama
dari zigot, akan terbentuk dua baris sel. Jika kegagalan berpisah terjadi pada tahap kedua atau tahap selanjutnya dari pembelahan sel, hanya turunan dari sel yang abnormal yang akan terkena
dan sel-sel lainnya akan tetap normal. Fenomena ini menimbulkan keadaan mosaik,
yaitu kondisi di mana informasi genetik
pada sel-sel seorang individu berbeda-beda. Akibat yang ditimbulkan
bervariasi, tergantung dari jumlah pembelahan sel yang mengalami kegagalan
berpisah pada individu tersebut. Semakin dini kesalahan tersebut terjadi,
semakin banyak sel pada organisme tersebut
yang terlibat, karena itu, semakin besar kemungkinan bahwa organisme
tersebut tidak dapat hidup.
Kelainan struktur kromosom
Kelainan
struktur kromosom terjadi jika kromosom pecah dan pecahannya hilang atau melekat
pada kromosom lain. Kejadian ini disebut translokasi. Pengaturan kembali
yang dilakukan set dapat menghasilkan keseimbangan normal tetapi dapat juga
menjadi tidak seimbang. Jika terjadi
keseimbangan normal, total materi genetik di dalam sel tetap sama seperti dalam sel dengankromosom normal.
Pengaturan semacam ini biasanya tidak akan menimbulkan sindrom klinis. Jika
terjadi ketidakseimbangan, maka terjadi kelebihan
atau kekurangan materi genetik dalam barisan
sel-sel tersebut. Pengaturan semacam ini
biasanya menimbulkan perubahan dalam fenotip klinis.
Prognosis kelainan kromosom
Kurang lebih 0,6% neonatus memiliki kelainan
kromosom
mayor yang dapat menyebabkan peningkatan morbiditas atau mortalitas. Tetapi,
sebagian besar kelainan kromosom menyebabkan kematian, dan hasil konsepsi
lenyap pada tahap tertentu dalam kehamilan atau tidak melekat pada uterus.
Sekitar 50% dari embrio dan fetus yang mengalami abortus spontan memiliki
kelainan kromosom. Hilangnya sebagian kromosom atau duplikasi kromosom yang
tidak menimbulkan kematian seringkali mengakibatkan bentuk tubuh dismorfik,
retardasi mental, dan ketidakmampuan untuk berkembang. Trisomi otosom yang paling sering terjadi dan dapat tetap bertahan
hidup setelah lahir adalah trisomi 21, sindrom
Down, trisomi 18, sindrom Edward, dan trisomi 13, sindrom Patau
Zigot
yang kekurangan kromosom' X dapat tetap hidup
dan menghasilkan individu yang hidup dengan kromosom 45X komplemen, atau
Sindrom Turner. Kadang-kadang mosaik X nampak terlihat, dengan beberapa garis
sel mempunyai satu X atau tidak sama
sekali. Insidensnya kira-kira 1 di antara 2500 kelahiran bayi wanita dan
sekitar 8% pada abortus spontan. Frekuensinya lebih tinggi pada ibu usia muda.
Zigot dengan genotip pria dengan kromosom X ekstra menghasilkan individu dengan kromosom 47XYY komplemen atau
Sindrom Klinefelter. Insidensnya 1 dalam
850 kelahiran bayi pria. Keadaan ini mungkin tidak terdiagnosis pada
masa bayi atau anak-anak, namun baru diketahui pada masa adolesens ketika anak pria pergi ke dokter karena
pubertasnya terlambat.
Juga telah dilaporkan adanya beberapa kombinasi Xs dan Ys majemuk yang berbeda. Wanita dengan
genotip 47XXX terjadi kurang lebih 1 dalam 1000 kelahiran. Biasanya tidak
terdapat stigmata fenotip, tetapi individu tersebut mengalami stigma genotip
Abnormalitas Gen
Kongenital
tidak sinonim dengan herediter. Abnormalitas dapat berupa kongenital, yaitu
jika terjadi pada waktu lahir dan tidak
ditentukan oleh genetik. Sebaliknya,
abnormalitas yang ditentukan oleh genetik dapat bukan kongenital, tapi
mungkin dapat bermanifestasi pada setiap saat dalam kehidupannya, dan pada
beberapa keadaan baru muncul pada usia pertengahan.
Ekspresi
fenotip dari gen dapat terjadi dalam satu
dari empat macam pola keturunan: dominan otosomal, resesif otosomal,
dominan terkait X, dan resesif terkait X (mendelian). Dalam tulisan, sifat
bawaan dominan ditunjukkan dengan huruf besar, sifat bawaan resesif ditunjukkan
dengan huruf kecil.
Ada
tiga kemungkinan dari genotip, AA, Aa, dan aa jika ada 2 alel (bentuk-bentuk
alternatif dari sebuah gen pada tempat yang sama dalam kromosom), A dan a, pada sebuah lokus. Individu yang mempunyai 2
gen yang sama, AA atau aa, disebut homozigote untuk gen tersebut, dan individu
yang mempunyai Aa disebut heterozigote untuk gen tersebut.
Jika sifat bawaan dominan, maka ia selalu bermanifestasi
bila individu tersebut mempunyai gen A meskipun ada gen a dari heterozigot.
Jika sifat bawaan resesif, ia hanya dapat bermanifestasi bila tidak ada
dosis majemuk, yaitu bila individu itu mempunyai homozigote aa. Sifat bawaan
ini tidak bermanifestasi pada homozigot AA atau
heterozigot Aa. Namun, heterozigot Aa adalah karier untuk sifat bawaan,
sebab individu itu dapat meneruskan gen itu kepada keturunannya. Selain itu, heterozigot juga dapat menunjukkan
fenotip dari kedua alel. Bila kedua gen dapat bermanifestasi tanpa tergantung kepada yang lain maka gen-gen itu disebut sebagai kodominan.
Jika individu menunjukkan gangguan dominan otosomal, maka setidaknya satu dari orang tuanya terkena (genotip Aa atau
AA) atau bisa juga terjadi karena ada mutasi baru (perubahan dari sebuah atau
beberapa gen) dalam sebuah sel benih.
Anak-anak pria dan wanita akan terpengaruh pada jumlah yang sama. Sedan
jenis kelamin dapat meneruskan sifat bawaannya kepada anak pria dan wanitanya
dan akan ada transmisi vertikal dari sebuah sifat bawaan kepada
generasi-generasi seterusnya. Mutasi baru, lebih sering terjadi pada sel benih dari ayah yang berusia 5 sampai 7 tahun lebih tua
dari pada populasi ayah pada umumnya yang meneruskan mutasi keturunan. Mutasi akibat usia orang tua yang
lanjut memegang peranan penting dalam terjadinya Sindrom Marfan dan kerdil
akondroplastik.
Gangguan dominan otosomal tidak sering terjadi. Ekspresi
sifat bawaan dari individu heterozigot dapat bervariasi sehingga beberapa di antaranya nampak normal secara klinis. Namun, pada keadaan homozigote keadaan klinisnya dapat
secara series atau bahkan dapat menyebabkan kematian. Salah satu contoh adalah
hiperkolesterolemi familial. Dalam beberapa
keadaan, seperti penyakit Huntington dan penyakit ginjal polikistik,
meskipun gen abnormalnya sudah ada pada waktu konsepsi, keadaan patologisnya
baru muncul pada saat dewasa.
Keadaan resesif otosomal hanya nampak bila individu yang
terkena mempunyai dua alel yang mutasi atau abnormal. Jika kedua orang tuanya
secara fenotip normal tapi heterozigote secara genotip (Aa), maka anak-anaknya
dapat terkena jika genotipnya aa. Kombinasi lain yang dapat mengakibatkan terkenanya anak adalah jika salah
satu orang tuanya terkena (aa) dan yang lainnya heterozigote (Aa). Pria dan
wanita sama kemungkinannya untuk terkena.
Abnormalitas gen tunggal
Abnormalitas dari gen tunggal tak
dapat diketahui dengan pemeriksaan sel secara mikroskopis, karena kariotip
dari individu yang terkena normal. Adanya
gen abnormal dapat dilacak dengan mengamati sebuah sifat bawaan fenotipik
yang abnormal pada individu dan pada pohon keluarga. Abnormalitas gen tunggal
dapat nampak dalam berbagai keadaan, mulai dari defek lokalisasi anatomis yang
sederhana sampai pada gangguan yang tak
nyata atau kompleks dari kimia tubuh. Populasi secara keseluruhan dari
frekuensi gangguan gen tunggal adalah sekitar
1%, dengan 0,7% sebagai dominan, 0,25%
sebagai resesif, dan 0,04% terkait X (lihat daftar di bawah sebagai
contoh dari gangguan gen tunggal).
Akibat
abnormalitas gen tunggal. Dalam sebuah kategori abnormalitas gen
tunggal, DNA yang menyimpang dapat
mengakibatkan produksi molekul protein abnormal, misalnya, molekul hemoglobin. Sedikit penyimpangan pada struktur hemoglobin dapat mengakibatkan perubahan secara
fisik dan dapat berkembang menjadi penyakit yang serius.
Individu dengan
anemia sel sabit mempunyai gen resesif abnormal yang homozigot yang mengubah
satu asam amino dalam rantai hemoglobin beta. Hemoglobin yang berbeda ini menghasilkan sel darah merah'yang mengalami deformitas
atau berbentuk sabit. Sel darah merah berbentuk sabit ini mudah sekali rusak,
dan mengakibatkan tanda-tanda dan gejala yang hebat.
Individu yang mempunyai gen hemoglobin abnormal yang heterozigot,
mempunyai sifat bawaan sel sabit dan tidak mempunyai gejala untuk penyakit ini.
Beberapa gangguan resesif melibatkan
abnormalitas dari protein enzim. Abnormalitas gen tunggal ini mungkin
muncul sebagai gangguan metabolisme sejak lahir. Pada keadaan normal,
jumlah enzim yang tersedia lebih dari yang dibutuhkan. Oleh karena itu,
penurunan sampai sebanyak 50%, seperti pada orang yang mempunyai hanya satu
alel yang mutasi, yaitu dengan genotip Aa, tidak akan menimbulkan gangguan kesehatan.
Tetapi defisiensi total pada individu dengan dua gen mutan, yaitu genotip aa,
akan mengakibatkan kelainan metabolisme yang serius.
Akibat patologis
pada gangguan metabolisme sejak lahir disebabkan oleh gangguan pada
jalur
metabolik yang normal. Sebuah gen yang abnormal
dapat mengakibatkan produksi yang salah atau sama sekali tidak memproduksi.
Jika produknya berupa enzim, maka akibat dari abnormalitas gen itu adalah hilangnya kerja dari enzim itu, keadaan yang kadang-kadang disebut sebagai
enzimopati
Akibat-akibat dari enzimopati
bermacam-macam. Penyakit dapat terjadi akibat tidak adanya produk akhir,
penumpukkan substrat yang tidak terpakai karena adanya hambatan, atau akibat penimbunan produk dari jalur metabolik lain yang biasanya
sedikit dipakai akibat "terhambatnya" jalur metabolik yang biasa dipakai. Contoh klasik dari keadaan yang disebabkan tidak adanya produk
akhir adalah albinisme. Pigmen melanin tidak diproduksi, akibatnya tidak ada
pigmen pada rambut, kulit atau iris. Contoh
yang lain adalah tidak adanya hormon tiroid yang mengakibatkan
kretinisme; dan diabetes insipidus akibat tidak diproduksinya hormon anti
diuretik oleh kelenjar pituitaria.
Contoh penumpukan substrat-substrat
pada jalur sebelum hambatan adalah galaktosemia,
di mans galaktosa tidak diubah menjadi glukosa karena tidak adanya enzim. Akibatnya, galaktosa menumpuk pada
darah dan jaringan lain, mengakibatkan
kerusakan pada hati, otak dan ginjal. Pada penyakit Tay-Sack, akibat ada enzim
yang hilang, individu yang terkena akan cepat sekali mengalami
penumpukkan lipid tertentu di dalam neuron-neuron otaknya. Ini mengakibatkan degenerasi sel-sel ini yang menyebabkan kebutaan, kelumpuhan, dan kematian, yang biasanya terjadi
sebelum berusia 4 tahun.
Penyakit dapat timbul akibat
penumpukan metabolit tak terpakai yang terbentuk karena dipakainya jalur
metabolik alternatif. Metabolit-metabolit tak terpakai ini dapat berbahaya
jika ada dalam jumlah yang berlebihan.
Contoh klasik untuk keadaan ini adalah fenilketonuria (PKU). Akibat
tidak adanya enzim pada jalur yang memetabolisme protein makanan, maka fenilalanin
akan menumpuk. Jalur alternatif yang memetabolisme fenilalanin akan
menghasilkan zat-zat toksik.
Abnormalitas
gen tunggal lain dapat mengakibatkan
kelainan pada pertumbuhan tulang atau
kimia jaringan ikat atau aktivitas sekresi dari sel. Pada fibrosis
kistik, terdapat kelainan pada sekresi banyak kelenjar eksokrin, seperti pada
kelenjar keringat, pancreas, dan sekresi bronchial individu yang terkena akan
cepat meninggal akibat komplikasi paru-paru. Ada juga keadaankeadaan yang ditentukan secara genetik di mana individu
yang normal menunjukkan respon yang tidak umum terhadap beberapa agen dari
luar, misalnya obat. Hal ini diketahui dengan adanya perkembangan dari ilmu farmakogenetik,
yang mempelajari respon yang berbeda-beda terhadap obat. Daftar fenotip
abnormal dari keadaan ini ditentukan oleh penurunan mendelian yang meliputi
ratusan keadaan yang berbeda.
Gen kromosom seks
Sama seperti halnya pada otosom,
gen-gen pada kromosom X dapat bersifat dominan atau resesif. Gen-gen abnormal
yang terletak pada kromosom X disebut terkait X. Karena wanita mempunyai dua
kromosom X, maka ada dua kemungkinan bagi terjadinya gen mutan yaitu homozigot
atau heterozigot. Karena pria hanya mempunyai satu kromosom X, maka bagi sifat
bawaan terkait X selalu merupakan homozigote. Oleh karena itu, setiap
sifat bawaan pada kromosom X selalu diekspresikan pada pria, sedangkan pada
wanita bisa bersifat resesif atau dominan. Karena seorang pria hanya dapat menurunkan kromosom X-nya pada anak wanita, maka
tidak pernah ada penurunan (transmisi) sifat
bawaan terkait X dari seorang ayah kepada anak laki-lakinya, tapi selalu ada
penurunan dari ayah kepada anak wanitanya.
Wanita heterozigot
memberikan transmisi yang sebanding kepada anak pria dan anak wanitanya.
Pria hemizigote hanya memberikan transmisi kepada anak wanitanya dan
tidak kepada anak prianya. Ekspresi fenotip dari sifat bawaan yang diturunkan lebih bervariasi dan lebih ringan pada
wanita heterozigot, karena adanya kromosom X normal pada mereka. Jarang sekali ada tipe terkait X yang dominan. Pria
hemizigote mendapatkan ekspresi penuh
dari sifat bawaan karena mereka hanya mempunyai sebuah kromosom X, dan
bersifat abnormal.
Tipe terkait X
yang resesif relatif sering terjadi. Kelainan ini sepenuhnya diekspresikan
hanya pada pria homozigote. Wanita heterozigot selalu normal, tapi mereka adalah karier dari gen mutan mempunyai
kemungkinan 50% untuk menurunkan kepada anak prianya. Anak wanitanya adalah
karier dan separuhnya normal. Semua anak
wanita dari pasangan ayah yang terkena dan ibu yang normal adalah
karier, tapi tidak ada anak prianya yang
terkena. Semua anak wanita dari pasangan ayah yang terkena dengan ibu
yang heterozigot, mempunyai gen yang
abnormal; 50% di antaranya terkena secara fenotip. Keadaan yang terakhir
ini jarang terjadi. Hemofilia adalah gangguan pembekuan darah yang diturunkan terkait kromosom X yang paling sering
terjadi.
Pada penurunan terkait Y, gen-gen pada
kromosom Y diturunkan dari ayah kepada anak prianya dan tidak kepada anak
wanitanya. Gen-gen yang diketahui ada pada
kromosom Y adalah gen yang menentukan kelamin pria dan antigen yang
mempengaruhi penolakan pada proses pencangkokan.
Keadaan-keadaan poligenik
Banyak hal yang
"terjadi dalam keluarga" tapi tidak mengikuti pola mendelian atau
penurunan gen tunggal. Banyak sifat bawaan
seperti itu yang mengakibatkan timbulnya gen majemuk berisiko tinggi yang disebut sebagai poligenik. Analisa dari
banyak keadaan poligenik, menunjukkan bahwa itu adalah hasil dari interaksi
dari beberapa gen yang terpisah dan berbagai faktor lingkungan. Contoh dari keadaan yang multifaktorial
itu meliputi hipertensi esensial, diabetes melitus, penyakit arteri
koroner, skizofrenia, labio dan palatoskisis,
penyakit jantung bawaan.
Upaya pencegahan terjadinya kelainan poligenik atau multifaktorial, dapat
melibatkan banyak hal yang bersifat non-genetik, karena pengaruh lingkungan
seperti pembatasan diet atau perubahan gaya hidup dan kebiasaan merokok, akan
bermanfaat meskipun tidak berhubungan dengan genetik.
Contoh keadaam
multifaktorial yang diturunkan
Genetik dengan faktor-faktor
lingkungan
Kelainan jantung
Labioskisis dan/atau palatoskisis
Hipospadia
Stenosis pilorus. Penyakit Hirschprung
Dub foot
Dislokasi sendi panggul kongenital
Spina bifida
Anomali atau malformasi kongenital
umumnya merupakan hasil interaksi dari gen-gen majemuk dengan beberapa keadaan
lingkungan tertentu. Sebagian besar anomali kongenital terjadi tanpa pola penurunan yang jelas. Penyelidikan
pada individu kembar menunjukkan bahwa kemungkinan
untuk mendapatkan anomali tertentu pada tiap anak kembar lebih besar
pada kembar identik daripada kembar fraternal. Lagipula, banyak penelitian pada
keluarga menunjukkan bahwa kerabat dari
seorang yang menderita anomali
tertentu, mempunyai insidens yang lebih besar daripada populasi pada
umumnya. Sebaliknya, peranan dari lingkungan sudah jelas, karena bahkan pada
kembar identik sekalipun frekuensi dari
anomali tertentu tidak sepenuhnya 100%.
Dari segi lain, ada faktor-faktor
lingkungan, seperti zat kimia toksik, obat-obatan, pengaruh fisik, dan
virus-virus yang mengakibatkan anomali kongenital. Tetapi, bahkan pada lingkungan
teratogen yang sudah jelas dan kuat sekalipun seperti thalidomide,
faktor-faktor lain (genetik dan/atau lingkungan) tetap harus diperhitungkan,
karena tidak semua janin yang terkena pada masa kritisnya menunjukkan anomali.
Tak perlu dikatakan lagi bahwa interaksi yang kompleks antara gen majemuk dan
faktor-faktor lingkungan mengakibatkan anomali yang belum dapat dimengerti
sepenuhnya.
Sebagai kesimpulan, beberapa penyakit
pada manusia timbul sebagai akibat langsung dari abnormalitas DNA. Dasar persoalannya dapat melibatkan gen tunggal, gen majemuk, atau keseluruhan
dari kromosom. Ekspresi dari abnormalitas dapat bervariasi dari mulai
malformasi anatomis yang terlokalisir, sampai kepada masalah kimiawi dan metabolik yang kompleks, atau meningkatnya
kerentanan terhadap sesuatu dari lingkungan.
TINDAKAN PENCEGAHAN DAN KONSELING
GENETIK
Penderita yang
mempunyai penyakit herediter umumnya merasa putus asa, sangat sedih
dan merasa alam membuat mereka tidak mungkin kembali menjadi orang normal.
Perasaanperasaan ini jelas nampak pada penyakit yang memang tidak mungkin
disembuhkan seperti pada bayi yang hampir meninggal karena penyakit Tay-Sachs.
Meskipun demikian, hubungan antara genetika dan penyakit jauh berbeda dengan apa yang mula-mula dikenal sebagai menetapnya
DNA.
Banyak keadaan yang diturunkan yang manifestasinya
dapat dihindari, meskipun ada satu atau
beberapa gen abnormal. Misalnya, kerusakan akibat fenilketonuria dapat dicegah
dengan dengan manipulasi diet yang hati-hati. Perkembangan penyakit
arteri koroner dapat dipengaruhi oleh
manipulasi mulai dari pemberian obat sampai pada perubahan kebiasaan.
Tugas dari ahli genetika manusia pada keadaan seperti ini tidak hanya mencatat
dan memberikan daftar hal-hal yang tak dapat
dihindari, tapi memberitahu penderita mengenai risiko keadaanya berdasarkan genetika dan mengurangi risiko tersebut
dengan memanipulasi lingkungan. Mengubah ekspresi dari abnormalitas gen adalah
perwujudan dari ilmu biomedika di masa
yang akan datang.
Keadaan-keadaan
yang tak dapat dipengaruhi dengan manipulasi lingkungan, membutuhkan pencegahan penyakit dengan mencegah
lahirnya individu yang terkena kelainan tersebut. Proses ini mempunyai dua
tingkatan, dan masing-masing melibatkan keputusan dari individu-individu yang
bersangkutan yaitu:
1.
Pada tingkatan pertama, kehamilan yang memungkinkan lahirnya individu yang abnormal dapat dihindari oleh pasangan yang bersangkutan.
2.
Pada
tingkatan kedua, kehamilan dapat diakhiri dengan aborsi sebelum janin itu dapat
hidup bebas, jika telah ditentukan bahwa
janin itu terkena dengan keadaan yang dikhawatirkan.
Pada contoh pertama,
orang tua harus dijelaskan secara seksama akan
risiko yang mungkin terjadi pada individu yang abnormal. Pembicaraan mengenai
risiko pada bayi yang terkena ini harus diutarakan
pada saat kehamilan masih muda, atau
jika ada riwayat keluarga yang kuat terhadap keadaan tertentu. Demikian juga pada kelompok populasi dengan
risiko tinggi yang memiliki insiden yang meningkat untuk keadaan tertentu.
Contohnya, orang Yahudi Eropa Timur menunjukkan
meningkatnya insidens terhadap penyakit Tay-Sachs. Pada keadaan-keadaan tertentu, ada beberapa pemeriksaan
khusus untuk mendeteksi gen resesif tunggal pada orang tua, yang jika ada
dalam dosis majemuk dapat menyebabkan kelainan pada bayi, contohnya, seseorang
dengan penyakit Tay-Sack atau penyakit sel sabit. Pada keadaan-keadaan ini, jika kedua orang tuanya adalah karier dari gen tersebut, maka
pasangan ini dapat diberi tahu tentang kemungkinan mempunyai bayi yang terkena
sebesar satu di antara empat kehamilan. Berdasarkan pengetahuan ini, orang tua
dapat memutuskan untuk menghindari kehamilan sepenuhnya, atau mengambil risiko yang sudah diperhitungkan, atau
membiarkan kehamilan terjadi dan berusaha
mengetahui diagnosis prenatal untuk mengantisipasi keadaan dan mungkin
mengakhiri kehamilan itu. Misalnya-, pada penyakit Tay-Sachs sel-sel janin
dapat diperoleh dengan melakukan amniosentesis dan dapat ditentukan kandungan
enzim tertentu yang mengakibatkan penyakit itu. Dengan cara ini, pasangan orang tua dapat memiliki keluarga di mana
risiko abnormalitas pada kehamilannya sudah
diperhitungkan.
Keputusan yang
sangat sulit dan peka ini harus dibuat oleh orang tua yang bersangkutan,
dan mereka harus diberi keterangan yang tepat dan dapat dipahami mengenai
keadaan dan prognosis dari penyakit yang mungkin terjadi, pola penurunannya,
dan kemungkinan munculnya penyakit pada
keturunannya. Keterangan ini umumnya
diberikan oleh orang yang telah dibekali dengan ketrampilan khusus dalam
bimbingan genetik.
Bagi yang belum berpengalaman, sering
menemui kesulitan untuk mengenali keadaan herediter. Banyak keadaan kongenital
yang bukan herediter, sebaliknya hampir
semua keadaan identik adalah herediter. Bahkan keadaan-keadaan yang
sudah jelas familial, karena banyak terjadi
dalam keluarga, mungkin saja bukan kelainan herediter, tapi disebabkan
karena pe
ngaruh lingkungan di mana seluruh keluarga terkena. Lebih penting lagi, individu tertentu
yang nampaknya seolah-olah menderita penyakit A, yang berkaitan dengan
gen, namun sebenarnya mempunyai penyakit B, yang menyerupai penyakit A tapi berkaitan dengan gen lain dan mempunyai
pola penurunan yang berbeda. Bahkan orang
tersebut mungkin saja terkena penyakit C, yang nampaknya bukan seperti penyakit herediter. Konselor harus
berhati-hati terhadap keadaan-keadaan yang hampir sama seperti itu, dan harus mampu menerapkan penyelidikan yang tepat mulai dari analisa kimia dan kromosom sel dari pasien dan/atau keluarga, sampai kepada evaluasi seksama dari pohon keluarga,
untuk membuktikan adanya penyakit tersebut.
Seorang konselor kesehatan harus mempunyai keahlian dan
mampu menjelaskan diagnosis setepat mungkin. Konselor harus mampu menjelaskan
kepada pasien dengan ramah, tapi jelas mengenai sifat dan prognosis penyakit
itu serta dampaknya pada individu yang terkena, pengobatan yang ada, dan
cara-cara untuk mencegah timbulnya penyakit tersebut. Keputusan akhir dari
setiap tindakan dibuat oleh orang tua berdasarkan
pilihan-pilihan yang ada, sedangkan pengobatannya dilakukan oleh tim
kesehatan sesuai dengan keputusan yang
diambil. Meskipun apa yang telah dijelaskan di atas adalah untuk
kasus-kasus penyakit herediter, namun pada
dasarnya inti dari semua tindakan di atas sama dengan hakekat dari profesionalisme pelayanan kesehatan pada
umumnya.
Dengan
memperhatikan faktor genetik pihak pelayanan kesehatan dapat memprediksi,
mengantisipasi tindakan apa yang harus dan sebaiknya diambil berdasarkan jenis
penyakit dan kondisi individual pasien. Sebab, hal yang pasti dari perkembangan
penyakit adalah yang langsung berhubungan dengan host yaitu individu yang
terkena sakit tersebut:
-
Bila sekumpulan
masyarakat terdiri dari individual yang cendrung memiliki kemampuan genetis
berupa meningkatnya
kerentanan terhadap sesuatu dari lingkungan akan membutuhkan penanganan khusus
tertentu sesuai dengan jenis kerentanan yang teridentifikasi tersebut. Hal ini
untuk dapat menciptakan masyarakat yang sehat diantara individu yang rentan.
-
Bila masyarakat itu terdiri dari sekumpulan
individu yang tidak memiliki kelainan atau abnormalitas dari segi genetis maka
pelayanan kesehatan dapat dirancang sesuai dengan kebutuhan individu tersebut.
-
Bila masyarakat terdiri dari sekumpulan
individu yang memiliki abnormalitas DNA yang berhubungan dengan genetis maka
pelayanan kesehatan yang dilakukan membutuhkaan konselor genetis yang
berpengalaman.
-
Bila masyarakat terdiri dari sekumpulan
individu yang beragam antara kelompok-kelompok diatas maka pelayanan kesehatan
masyarakat harus tanggap dan selalu sigap melakukan kegiatan survailans dan
screening, untuk menghindari keadaan yang tidak menguntungkan status kesehatan
masyarakat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar