MENGAKOMODASI PERAN PERAWAT MUDA
Saya sangat tertarik ketika membaca tulisan Bp. Edy Wuryanto, SKep (Sekretaris PPNI Jateng) dalam kolom pinggir di Media Sehat edisi 20 lalu. Tulisan itu berjudul “Inspirasi Barack Obama”. Mungkin banyak perawat kita bertanya- tanya, apa hubungan Barack Obama dengan profesi perawat? Tentu saja secara profesi tidak ada hubungannya. Tetapi ada point yang dapat ditiru dari Mr. Obama, yaitu muda (untuk ukuran seorang presiden), energik, cerdas, berkarakter, dan tentu saja memiliki jiwa sebagai seorang pemimpin. Lalu pantaskah perawat memiliki mimpi tinggi untuk menjadi Obama- Obama baru di masa yang akan datang? Kalau dipandang dari keperawatan gaya lama, pasti pertanyaan itu akan dijawab “tidak pantas”. Alasannya klasik, ya tentu dengan memilki mimpi-mimpi dan pikiran-pikiran yang aneh-aneh, perawat akan dicap sebagai perawat yang “murtadz” dari profesinya. Lalu bagaimanakah dengan keperawatan gaya baru?
Ada hal menarik yang terjadi dalam perkembangan dunia keperawatan akhir- akhir ini. Hal ini dikarenakan telah banyak perubahan antara keperawatan tempo dulu dengan sekarang. Sekarang ini para pakar- pakar keperawatan mulai memandang dunia keperawatan dari berbagai sudut yang lebih luas. Masih dalam tulisannya, Bp Edy Wuryanto mengatakan, “Next, dunia keperawatan membutuhkan kader yang siap untuk menjadi pemimpin. Pemimpin bukan hanya dilingkup internal perawat, yang menjadikan kita seperti katak dalam tempurung. Tetapi juga pemimpin yang lebih luas. “ Lalu pertanyaannya, bagaimanakah cara mewujudkan harapan itu? Menurut saya, jawabannya adalah dengan menyiapkan generasi muda keperawatan sebagai agen pembawa kemajuan secara berkesinambungan, sehingga perjuangan keperawatan untuk meraih kemajuan tidak akan terputus ditengah jalan.
Sejarah Indonesia telah mencatat bahwa peran pemuda sangat vital dalam pergerakan bangsa, seperti pada era kebangkitan nasional, sumpah pemuda, proklamasi kemerdekaan, mempertahankan kemerdekaan, era ’66, era reformasi, dan seterusnya sampai detik ini. Pemuda selalu punya inisiatif dan ide2 segar untuk mendobrak kebuntuan dan mencetuskan perubahan. Bung Karno pernah berkata : “ Berikan aku sepuluh pemuda, maka akan kuguncang seluruh dunia ”. Hal ini menunjukkan, betapa besarnya kekuatan pemuda jika disalurkan secara benar.
Peran pemuda keperawatan
Untuk mengakomodasi peran anak- anak muda keperawatan, dapat dimulai dari organisasi kampus. Jadi PPNI dapat menjadikan organisasi kampus keperawatan baik D3 maupun S1 sebagai mitra untuk berkembang. Hal ini dapat dilakukan dengan berbagai cara diantaranya dengan mengadakan forum- forum diskusi dan memberikan ruang bagi mahasiswa- mahasiswa keperawatan untuk mengekspresikan pendapat-pendapat maupun pemikiran- pemikirannya. Selain itu juga dapat berkoordinasi dengan koordinator kemahasiswaan di masing-masing kampus agar memberikan advokasi kepada mahasiswa dalam meningkatkan fungsi organisasinya agar berperan lebih luas, dalam arti tidak hanya menyelenggarakan bentuk kegiatan dalam skup internal kampus saja, tetapi mampu menyentuh peran pengembangan profesi keperawatan, bidang kesehatan, maupun dalam lingkup yang lebih luas.
Dalam aksi simpatik perawat yang digelar pada 12 Mei 2008 lalu, terbukti bahwa mahasiswa keperawatan menyumbangkan massa yang cukup besar, baik di Jakarta maupun di berbagai daerah di tanah air. Namun tentu saja kita berharap tidak hanya jumlahnya saja yang besar, tetapi hendaknya memiliki semangat dan pemikiran-pemikiran besar. Jumlah institusi keperawatan sudah menjamur di mana- mana. Oleh karena itu sangat sayang apabila potensi- potensi mereka tidak dikembangkan.
Kemudian bagi para perawat muda yang telah bekerja di berbagai tempat layanan kesehatan, hendaknya sedini mungkin untuk ikut dilibatkan dalam memikirkan pengembangan profesi. Sehingga dari usia muda, mereka sudah ikut handarbeni terhadap organisasi profesi, so di masa depan akan mempunyai ikatan dan motivasi yang kuat untuk mengembangkan profesi dalam peran yang lebih besar. Tidak dapat dipungkiri, bahwa organisasi perawat saat ini belum banyak mempengaruhi kebijakan Pemerintah secara politis (Media sehat edisi 17). Dalam lingkup kesehatan saja, masih belum terlihat “taringnya”, padahal perawat merupakan jumlah terbesar dari seluruh jumlah tenaga kesehatan di Indonesia (mencapai lebih dari 60%). Tetapi dalam hal kekuatan dan pengaruh, jelas-jelas kita masih dibawah Kedokteran, kebidanan, dan Farmasi. Oleh karena itu sangat penting untuk merapatkan barisan, menumbuhkan kepedulian, dan berlatih mengasah pikiran bagi kemajuan profesi mulai sejak dini.
Saat ini para perawat muda benar- benar berada di wilayah Grass root, mereka dapat merasakan sendiri kondisi riil di lapangan saat ini dan pastilah menumbuhkan berbagai pertanyaan serta rasa ingin tahu yang tinggi tentang berbagai persoalan. Sehingga sangat penting untuk mengakomodir gejolak serta potensi para pemuda ini dalam forum yang positif. Tentunya kita harus menyadari bahwa peningkatan dan kemajuan profesi keperawatan harus dipandang dalam integral yang kompleks, baik tentang peningkatan profesionalisme, penguatan organisasi profesi, perlindungan hak- hak perawat, advokasi lintas program dan lintas sektoral, maupun keterkaitan yang kuat terhadap kebijakan para decision maker. Keterbukaan adalah kata kunci untuk terus tumbuh dan berkembang. Sikap yang terlalu eksklusif, introvert, dan konservatif justru akan “memenjarakan” keperawatan di rumah sendiri.
Ke depan, kita berharap bahwa para perawat muda tidak hanya sebagai obyek kemajuan tetapi mampu sebagai subyek/ pelaku untuk menggapai kemajuan. Jadi bukanlah hal yang muluk- muluk apabila pada suatu hari nanti, teman- teman yang ber- background keperawatan dapat menggapai mimpi setinggi- tingginya, karna bukan hanya laskar pelangi saja yang berhak bermimpi, namun laskar Florence nightingale pun juga layak bermimpi, punya arti, dan mengembangkan diri.
Majulah terus Perawat Indonesia…!!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar