Kisah Suharwoko dari Kuwait Kangen Pulang, Inginnya Jadi Pengusaha Saja
Nama saya Suharwoko, 35 tahun. Lulusan
Akademi Perawat Jogja Tahun 1996. Saya mulai bekerja di Kuwait sejak
Tahun 2000 di sebuah Rumah Sakit Bedah Jantung sebagai Perawat.
Sebelumnya saya bekerja di sebuah rumah sakit swasta di Indonesia.
Awalnya saya hanya berencana bekerja 4 atau 5 tahun saja di Kuwait.
Setelah terkumpul modal rencananya saya pulang ke Indonesia, terus
membuka usaha, tetapi ternyata nasib menentukan lain. Sampai sekarang
saya masih di Kuwait… cukup lama juga ya?
Ya.. menjadi Perawat memang bukan cita
cita saya. Entah kenapa saya bisa terjun ke profesi yang sama sekali
tidak pernah saya bayangkan sebelumnya. Tetapi semua tentu ada
hikmahnya, kalau bukan sebagai Perawat mungkin malah saya nggak pernah
menginjak Tanah Arab.
Alhamdulillah di sini saya mendapat
banyak kemudahan sehingga bisa umrah dan haji dari Kuwait karena
jaraknya tidak terlalu jauh dari Arab Saudi. Selain itu Karena Kuwait
hanya sebuah negara kecil, sehingga saya sering bertemu dengan orang
orang penting yang mengadakan kunjungan ke Kuwait. Sebut saja mantan
Ketua MPR Dr Hidayat Nurwahid, Ketua PPNI Prof Achir Yani , Ketua IKADI
Dr Satori dll.
Kuwait merupakan negara kecil di Kawasan
Teluk yang luasnya mungkin lebih kecil dari Provinsi Jakarta, dengan
jumlah penduduk asli yang hanya sekitar 1,2 juta orang namun karena
sumber minyak yang melimpah, jadilah Kuwait negara petro dollar yang
makmur dan kaya raya. Bayangkan saja selain semua fasilitas pendidikan
dan kesehatan gratis, masing masing penduduk mendapat jatah bulanan dan
khusus untuk merayakan ulangtahun kemerdekaan yang ke 50 bulan Pebruari
kemarin masing-masing penduduk mendapat jatah 1000KD per kepala atau
setara dengan Rp32 juta ditambah lagi dengan jatah bahan makanan untuk
setahun gratis. Kapan ya negeri kita bisa begini????.
Selebihnya sekitar 2/3 penduduk atau
sekitar 2.3 juta orang di Kuwait adalah para pendatang atau pekerja
yang mengais rejeki di negeri kaya minyak ini. Pada dasarnya pekerja di
Kuwait bisa dibagi dua skill/professional worker dan unskill worker.
Sebagai perawat yang termasuk skill worker , saya lebih beruntung
dibanding mereka yang bekerja di rumah sebagai pembantu rumah tangga
atau driver. Selain gaji yang lumayan, kontrak kerja tenaga kerja yang
professional juga jelas. Banyak kejadian tenaga kerja kita yang bekerja
di rumah mendapat perlakuan semena mena, tidak dibayar, disiksa bahkan
sampai mendapatkan pelecehan seksual, meskipun banyak juga yang
beruntung mendapatkan majikan yang baik.
Saat pertama kali mendapat kabar lolos
interview ke Kuwait, perasaan saya dan keluarga sangat gembira sekali ,
waktu itu saya langsung memutuskan untuk keluar dari tempat kerja saya
tetapi ternyata proses pemberangkatan tidak secepat yang dikira,
birokrasi kita terlalu berbelit belit, sehingga kalau negara lain
seperti Filipina dan India bisa dalam hitungan bulan sudah selesai
administrasi dan proses pemberangkatannya, tetapi di negara kita bisa
sampai tahunan, bahkan recruitment yang terakhir sampai hampir 2 tahun
belum berangkat juga.
Waktu itu saya menunggu sampai satu
tahun baru berangkat, katanya nunggu visanya yang lama. Sebenarnya
peluang tenaga kerja perawat tidak hanya di kuwait tetapi negara-negara
Teluk lainya masih terbuka luas, apalagi sebagai sesama negara muslim
tentu mereka lebih memilih kita yang sama sama muslim, hanya saja
mampukah kita memanfaatkan kesempatan dan bersaing dengan negara lain.
Kita Bukan Bangsa Bodoh
Dari segi kemampuan ilmu perawat kita
tidaklah kalah dengan perawat dari negara lain, hanya saja masalah
bahasa sangat sangat menjadi kendala bagi perawat kita, padahal bahasa
adalah senjata utama untuk bisa go internasional.
Sebagai seorang perawat, imbalan gaji
di Kuwait sebenarnya cukup menggiurkan dibanding bekerja di
Indonesia, bahkan untuk anak yang baru datang (pekerja baru) bisa
mendapatkan gaji Rp20 juta lebih per bulan. Bayangkan gaji segitu
mungkin setara dengan gaji seorang manajer senior di Indonesia. Hanya
saja jika membawa keluarga maka akomodasi tidak ditanggung pemerintah
padahal biaya sewa apartemen di Kuwait termasuk mahal bisa mencapai Rp6-
8 juta sebulan, itu belum termasuk untuk kebutuhan sehari-hari dan
biaya sekolah anak yang cukup mahal.Anehnya di Kuwait, perawat yang baru
datang dengan kontrak baru dan lebih besar dari perawat yang lama, dan
tidak ada kenaikan secara berkala, kalaupun ada kenaikan secara bersama
yang memakanan waktu sampai lama sekali.
Kalau dibilang sukses ya relatif… untuk
ukuran perawat di Indonesia yang hanya mengandalkan gaji, mana ada yang
bisa membeli mobil Landcruiser Prado atau Pajero seperti di Kuwait?
Tetapi bukanlah kita tidak selamanya tinggal di Kuwait? Buat apa gaji
besar tetapi harus meninggalkan keluarga dalam waktu yang lama? Kalaupun
membawa keluarga tetapi pengeluaran besar juga jadi uangnya hanya
dihabiskan di Kuwait saja.
Kembali ke planning awal untuk
secepatnya kembali ke Indonesia. Ternyata memutuskan untuk resign dari
Kuwait tidaklah mudah. Selain melihat teman teman yang sudah resign
duluan, ternyata banyak yang gagal dan akhirnya memutuskan untuk
kembali lagi ke Kuwait, selain itu proses untuk ke Kuwait tidaklah mudah
dan belum tentu setiap tahun ada recruitment.
Kenapa rata rata teman-teman Perawat
enggan untuk bekerja sebagai Perawat lagi di Indonesia, ya mungkin
karena dari segi gaji di Indonesia yang jauh dari cukup, sementara sudah
terbiasa mendapat gaji yang lumayan besar. Juga masalah umur. Bagi yang
masih muda masih ada pilihan untuk ikut test pegawai negeri,
selebihnya lebih banyak yang mencoba berwirausaha ada yang yang sukses,
meski banyak juga yang gagal.
Ya.. ternyata permasalahanya tidaklah
mudah untuk merubah mindset dari karyawan menjadi pengusaha. Selain dari
segi pengalaman kompetisi dan kurangnya jaringan juga kebanyakan kita
dengan modal yang ada pengen usaha langsung besar tanpa harus susah
payah merintis dari bawah.
Beruntung sekali pada bulan Desember
tahun lalu, atas prakarsa Entrepeneur University (EU) Cirebon (ada
alumnus EU Cirebon yang dulu bekerja sebagai perawat di Kuwait)
terbentuklah Entrepneneur University Cabang Kuwait yang mendatangkan
mentor-mentor EU dari Indonesia seperti Purdie E Candra, Budi Utoyo,
Among Ebo, Joe Hartanto,Kuat Subarhja, Mas Mono, dan masih banyak lagi
yang lain, yang mengisi mentoring EU Kuwait.
Sedikit banyak mindset kita telah
berubah dah kita bisa belajar banyak mengenai trik trik bisnis dan
mempunyai jaringan yang luas serta mendapat bimbingan seumur hidup
sebagai bekal membuka usaha di Indonesia nanti. Meskipun dalam hal ini
bukan berarti kita harus meninggalkan profesi/dunia kita sebagai
perawat.Mudah mudahan setelah mentoring EU nanti kita bisa segera action
dan menjadi pengusaha pengusaha sukses di Indonesia.Impian saya menjadi
Nurse Entrepreneur yang sukses.. Bismillah BISA…! N Suharwoko Suhadi,
dari Kuwait.
sumber: entreprenerurship.wirausahanews.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar