Kamis, 13 Juni 2013

Kisah Suharwoko dari Kuwait Kangen Pulang, Inginnya Jadi Pengusaha Saja

 

Nama saya Suharwoko, 35 tahun. Lulusan Akademi Perawat Jogja  Tahun 1996. Saya mulai bekerja di Kuwait sejak Tahun 2000 di sebuah Rumah Sakit Bedah Jantung sebagai Perawat. Sebelumnya saya bekerja di sebuah rumah sakit swasta di Indonesia.  Awalnya saya hanya berencana  bekerja 4 atau 5 tahun saja di Kuwait. Setelah terkumpul modal rencananya saya pulang ke Indonesia, terus membuka usaha,  tetapi ternyata nasib menentukan lain. Sampai sekarang saya masih di Kuwait… cukup lama juga ya? 
Ya.. menjadi Perawat memang  bukan cita cita saya. Entah kenapa saya bisa terjun ke profesi yang sama sekali tidak pernah saya bayangkan sebelumnya. Tetapi semua tentu ada hikmahnya, kalau bukan sebagai Perawat mungkin malah saya nggak pernah menginjak Tanah Arab.
Alhamdulillah di sini saya mendapat banyak kemudahan sehingga bisa umrah dan haji dari Kuwait karena jaraknya tidak terlalu jauh dari Arab Saudi. Selain itu Karena Kuwait hanya sebuah  negara kecil, sehingga saya sering bertemu dengan orang orang penting yang mengadakan kunjungan ke Kuwait. Sebut saja mantan Ketua MPR  Dr Hidayat Nurwahid, Ketua PPNI Prof Achir Yani , Ketua IKADI Dr  Satori dll.
Kuwait merupakan negara kecil di Kawasan Teluk yang luasnya mungkin lebih kecil dari  Provinsi Jakarta, dengan jumlah penduduk asli yang hanya sekitar 1,2 juta orang namun karena sumber minyak yang melimpah, jadilah Kuwait  negara petro dollar yang makmur dan kaya raya. Bayangkan saja selain semua fasilitas pendidikan dan kesehatan gratis, masing masing penduduk mendapat jatah bulanan dan khusus untuk merayakan ulangtahun kemerdekaan yang ke 50 bulan  Pebruari kemarin masing-masing penduduk mendapat jatah 1000KD per kepala atau setara dengan Rp32 juta ditambah lagi dengan  jatah bahan makanan untuk setahun gratis. Kapan ya negeri kita bisa begini????.
Selebihnya sekitar 2/3 penduduk atau sekitar 2.3 juta orang di Kuwait adalah para pendatang atau pekerja  yang mengais rejeki di negeri kaya minyak ini. Pada dasarnya pekerja di Kuwait bisa dibagi dua skill/professional worker dan unskill worker. Sebagai  perawat yang termasuk skill worker , saya lebih beruntung dibanding mereka yang bekerja di rumah sebagai pembantu rumah tangga atau driver. Selain gaji yang lumayan, kontrak kerja tenaga kerja yang professional juga jelas. Banyak kejadian tenaga kerja kita yang bekerja di rumah mendapat perlakuan semena mena, tidak dibayar, disiksa bahkan sampai mendapatkan pelecehan seksual, meskipun banyak juga yang beruntung mendapatkan majikan yang baik.
Saat pertama kali mendapat kabar lolos interview ke Kuwait, perasaan saya dan keluarga sangat gembira sekali , waktu itu saya langsung memutuskan untuk keluar dari tempat kerja saya tetapi ternyata proses pemberangkatan  tidak  secepat yang dikira, birokrasi kita terlalu berbelit belit, sehingga kalau negara lain seperti Filipina dan India bisa dalam hitungan bulan sudah selesai administrasi dan proses pemberangkatannya, tetapi di negara kita bisa sampai tahunan, bahkan recruitment yang terakhir sampai hampir 2 tahun belum berangkat juga.
Waktu itu saya menunggu sampai satu tahun baru berangkat, katanya nunggu visanya yang lama.  Sebenarnya peluang tenaga kerja perawat tidak hanya di kuwait tetapi negara-negara Teluk lainya masih terbuka luas, apalagi sebagai  sesama negara muslim tentu mereka lebih memilih kita yang sama sama muslim, hanya saja mampukah kita memanfaatkan kesempatan dan bersaing dengan negara lain.

Kita Bukan Bangsa Bodoh
Dari segi kemampuan ilmu perawat kita tidaklah kalah dengan perawat dari negara lain, hanya saja masalah bahasa sangat sangat  menjadi kendala bagi perawat kita, padahal bahasa adalah senjata utama untuk bisa go internasional.
Sebagai seorang perawat,  imbalan gaji di Kuwait  sebenarnya cukup  menggiurkan dibanding  bekerja di Indonesia,  bahkan untuk anak yang baru datang (pekerja baru) bisa mendapatkan gaji Rp20 juta lebih per bulan.  Bayangkan gaji segitu mungkin setara dengan  gaji  seorang manajer senior di Indonesia. Hanya saja jika membawa keluarga maka akomodasi tidak ditanggung pemerintah padahal biaya sewa apartemen di Kuwait termasuk mahal bisa mencapai Rp6- 8 juta sebulan, itu belum termasuk untuk kebutuhan sehari-hari dan biaya sekolah anak yang cukup mahal.Anehnya di Kuwait, perawat yang baru datang dengan kontrak baru dan lebih besar dari perawat yang lama, dan tidak ada kenaikan secara berkala, kalaupun ada kenaikan secara bersama yang memakanan waktu sampai lama sekali.
Kalau dibilang sukses ya relatif… untuk ukuran perawat di Indonesia yang hanya mengandalkan gaji, mana ada yang bisa membeli mobil Landcruiser Prado atau Pajero seperti di Kuwait? Tetapi bukanlah kita tidak selamanya tinggal di Kuwait? Buat apa gaji besar tetapi harus meninggalkan keluarga dalam waktu yang lama? Kalaupun membawa keluarga tetapi pengeluaran besar juga jadi uangnya hanya dihabiskan di Kuwait saja.
Kembali ke planning awal untuk secepatnya kembali ke Indonesia. Ternyata memutuskan untuk resign dari Kuwait tidaklah mudah. Selain melihat teman teman yang sudah resign duluan, ternyata banyak yang  gagal dan akhirnya memutuskan untuk kembali lagi ke Kuwait, selain itu proses untuk ke Kuwait tidaklah mudah dan belum tentu setiap tahun ada recruitment.
Kenapa rata rata teman-teman Perawat enggan untuk bekerja sebagai Perawat lagi di Indonesia, ya mungkin karena dari segi gaji di Indonesia yang jauh dari cukup, sementara sudah terbiasa mendapat gaji yang lumayan besar. Juga masalah umur. Bagi yang masih muda  masih ada pilihan untuk ikut test pegawai negeri, selebihnya lebih banyak yang mencoba berwirausaha ada yang  yang sukses,  meski banyak juga yang gagal.
Ya.. ternyata permasalahanya tidaklah mudah untuk merubah mindset dari karyawan menjadi pengusaha. Selain dari segi pengalaman kompetisi dan kurangnya jaringan juga kebanyakan kita  dengan modal yang  ada pengen usaha langsung besar tanpa harus susah payah merintis dari bawah.
Beruntung sekali pada bulan Desember tahun lalu, atas prakarsa Entrepeneur University (EU)  Cirebon (ada alumnus EU Cirebon  yang dulu bekerja sebagai perawat di Kuwait) terbentuklah Entrepneneur University Cabang Kuwait yang mendatangkan mentor-mentor EU dari Indonesia seperti  Purdie E Candra, Budi Utoyo, Among Ebo, Joe Hartanto,Kuat Subarhja, Mas Mono, dan masih banyak lagi yang lain, yang  mengisi mentoring EU Kuwait.
Sedikit banyak mindset kita telah berubah dah kita bisa belajar banyak mengenai trik trik bisnis dan mempunyai jaringan yang luas serta mendapat bimbingan seumur hidup sebagai bekal membuka usaha di Indonesia nanti. Meskipun  dalam hal ini bukan berarti kita harus meninggalkan profesi/dunia  kita sebagai perawat.Mudah mudahan setelah mentoring EU nanti kita bisa segera action dan menjadi pengusaha pengusaha sukses di Indonesia.Impian saya menjadi Nurse Entrepreneur yang sukses.. Bismillah BISA…! N Suharwoko Suhadi, dari Kuwait.

sumber: entreprenerurship.wirausahanews.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar