Sistem Pertolongan Gawat Darurat Yang Terintegrasi
Oleh : Elvi Zuliani, SKM
Fenomena yang terbentang dewasa ini sungguh
merupakan sesuatu yang sangat sulit untuk dihindari. Siapa saja, kapan saja
dapat mengalami fenomena dimana kita dihadapkan pada sebuah dilema Keadaan
Gawat Darurat akibat kecelakaan, baik di tempat kerja di jalan raya atau bahkan
di rumah dan tempat rekreasi.
Sebagai profesional atau
manusia kita tidak boleh pasrah dan menunggu ajal menjemput bila hal itu
menimpa kita, keluarga kita atau orang - orang disekitar kita. Selayaknya
manusia harus berusaha sebaik-baiknya dengan tindakan yang terencana dengan
baik melalui Sistem Yang TerIntegrasi dengan tepat di lapisan masyarakat
yang dalam pelayanan kesehatan kita kenal dengan IERS (Integrated Emergency
Response System) atau SPGDT (Sistem Penanggulangan Penderita Gawat Darurat
Secara Terpadu). SPGDT adalah suatu sistem penanggulangan pasien gawat darurat
yang terdiri dari unsur, pelayanan pra rumah sakit, pelayanan di rumah sakit
dan pelayanan antar rumah sakit. SPGDT
harus berjalan terpadu, baik pra, intra, dan inter rumah sakit. Hal ini demi
mewujudkan tujuan yang lebih tinggi yaitu Safe Community, yaitu keadaan
sehat dan aman yang tercipta dari, oleh dan untuk masyarakat. Pelayanan
berpedoman pada respon cepat yang menekankan time saving is life and limb
saving, yang melibatkan pelayanan oleh masyarakat awam umum dan khusus,
petugas medis, pelayanan ambulans gawat darurat dan sistem komunikasi.
Misalnya : apa yang terjadi pada Alm Ustaz Jefri
beberapa waktu lampau. Walau secara Kodrati ini memang adalah taqdir Allah SWT
tetapi bila kita analisa dalam kajian pelayanan yang prima ini merupakan sebuah
iktibar maka pada saat kecelakaan tunggal terjadi, orang pertama (first
responder) yang mengetahui kejadian tersebut atau yang menemukan keadaan
kecelakaan tersebut harusnya tanggap dalam menjalankan sistem yang terintegrasi
tadi, dengan tindakan tanggap orang tersebut dalam menciptakan alur terpadu
yaitu meminta pertolongan ke pusat komunikasi gawat darurat ( jangan coba-coba melakukan tindakan pertolongan bila
tidak yakin aman untuk diri sendiri, apalagi pada orang yang mengalami
kecelakaan), membebaskan jalan nafas secara manual ( menjadi tanggung jawab pemerintah untuk memberikan
pendidikan dasar kepada masyarakat) tentang
membebaskan jalan nafas dan pemberian napas buatan ,menghentikan
perdarahan dengan melakukan tindakan menutup/menyumbat, menekan dan
meninggikan bagian yang mengalami perdarahan), mengatasi syok secara manual dan
mengangkat dan memindahkan penderita dengan benar.
Bila
Masyarakat kita sudah cukup dibekali dengan ilmu yang cukup dalam melakukan
sistem tersebut dimana ia harus tau kemana mencari pertolongan, apa yang harus
dilakukan sembari menunggu pertolongan gawat darurat datang, maka kemungkinan
terburuk pada korban gawat darurat bisa diminimalis bahkan kemungkinan untuk
selamat adalah hal yang dapat dicapai.
Sejak tahun 2000 Kementerian Kesehatan RI telah mengembangkan konsep Sistem
Penanggulangan Gawat Darurat Terpadu (SPGDT) memadukan penanganan gawat darurat
mulai dari tingkat pra rumah sakit sampai tingkat rumah sakit dan rujukan
antara rumah sakit dengan pendekatan lintas program dan multisektoral. Penanggulangan
gawat darurat menekankan respon cepat dan tepat dengan prinsip Time Saving is
Life and Limb Saving.
Berikut
ini gambaran pelaksanaan Sistem Penanggulangan Penderita Gawat Darurat Terpadu sesuai
dengan Modul BTLS pro Emergency yaitu:
- Ketika terjadi kecelakaan atau kegawatdaruratan medis maka penderita akan terlebih dahulu ditemukan oleh orang awam yang ada disekitarnya.
- Orang awab bertugas untuk mengamankan terlebih dahulu diri sendiri, lingkungan dan penderita
- Setelah mengamankan lingkungan dan korban, orang yang pertama kali menemukan penderita harus mengaktifkan SPGDT dengan cara meminta bantuan kepada pusat komunikasi gawat darurat (Dispatheraa).
- Dispatcher yang menerima panggilan harus melakukan bimbingan pertolongan awal kepada penolong pertama. Setelah itu dispather mendistribusikan informasi kepada polisi, pemadam kebakaran, rescue dan ambulans gawat darurat yang terdekat dengan lokasi kejadian.
- Petugas yang datang kelokasi bertugas untuk melanjutkan pertolongan sebelumnya. Selain itu polisi bertugas mengamankan lingkungan, pemadam bertugas memadamkan api dan memeriksa potensi kebakaran, rescue bertugas untuk mengeluarkan korban yang terjepit atau terperangkap
- Petugas ambulans gawat darurat bertugas untuk stabilitas penderita ke rumah sakit rujukan yang sudah dihubungi dan ditunjuk oleh dispatcher.
- Sesampainya di rumah sakit rujukan petugas ambulans dan petugas UGD melakukan serah terima penderita.
- Petugas UGD melanjutkan tindakan sebelumnya, melakukan tindakan invasif dan pemeriksaan penunjang yang diperlukan. Petugas UGD juga menentukan rujukan selanjutnya ke kamar operasi, ICU,ruang perawatan atau rumah sakit lain yang lebih mampu.
- Apabila akan melakukan rujukan ke rumah sakit lain maka petugas UGD harus menghubungi dispatcher lagi untuk mencari rumah sakit rujukan yang tepat.
- Penderita yang telah selesai mendapatkan perawatan di rumah sakit pulang ke rumahnya dengan sehat atau memerlukan perawatan jalan/kontrol.
Dengan pelaksanaan SPGDT yang terintegrasi diharapkan tidak ada pasien pulang dalam keadaan gagal mendapat pelayanan atau meninggal dunia, ini sebagai upaya pelayanan prima yang dapat ditawarkan dalam menangani keadaan Gawat Darurat. Tercapainya kualitas hidup penderita pada akhir bantuan harus tetap menjadi tujuan dari seluruh rangkai pertolongan yang diberikan. Tujuan dari Pertolongan Pertama pada Gawat Darurat ( P P G D ) adalah :
1. Mencegah bahaya kematian atau mempertahankan hidup
2. Mencegah cacat
3. Mencegah penurunan kondisi fisik
4. Mencegah infeksi
5. Mengurangi rasa sakit.
Sistem
penanggulangan gawat darurat yang terintegrasi ini merupakan tanggungjawab kita
semua, dan dalam pelaksanaannya kita harus antusias untuk mengawasi
pelaksanaannya demi terjamin sistem yang dapat memberi keselamatan buat kita
bersama sebab SPGDT merupakan suatu
sistem dimana koordinasi merupakan unsur utama yang bersifat multi sektor dan
harus ada dukungan dari berbagai profesi bersifat multi disiplin dan multi
profesi untuk melaksanakan dan penyelenggaraan suatu bentuk layanan terpadu
bagi penderita gawat darurat baik dalam keadaan sehari-hari maupun dalam
keadaan bencana dan kejadian luar biasa.
Berkaitan dengan hal keselamatan, sudah saatnya
ada edukasi dan pelatihan Basic Life Support tentang keselamatan, P3K,
hingga kemampuan dasar yang benar saat menyelamatkan orang pada peristiwa
kecelakaan. Tindakan penyelamatan itu tak bisa dilakukan dengan cara sembarang.
Jadi tidak bisa langsung menolong begitu saja tanpa memperhatikan cara yang
benar agar tidak menambah penderitaan korban kecelakaan, bahkan bisa
mempercepat kematiannya. Dengan pelatihan tersebut, diharapkan setiap biker
atau masyarakat bisa memahami dan mampu memberikan pertolongan tanpa
menimbulkan trauma lain atau kematian (do no harm). Setidaknya biker
atau pengguna jalan lainnya mampu memahami bagaimana memberikan pertolongan
pertama pada seseorang yang mengalami cedera atau kecelakaan di jalan raya atau
di lokasi lainnya.
Namun demikian, pemahaman dan praktik Basic Life Support ternyata
tidak mudah, terutama ketika kita diharapkan bisa memberi pertolongan pada
seseorang yang sedang mengalami cedera atau kecelakaan di tempat umum. Kemungkinan terburuknya, kondisi korban
akan bertambah parah atau malah meninggal dunia. Dalam prinsip-prinsip dasar Basic
Life Support, kita akan mengetahui cara memberikan pertolongan pertama
seperti:
1. Jika melihat korban terjadi pendarahan,
segera hentikan pendarahan dengan cara diperban atau dibalut agar aliran darah
terhenti.
2. Bagaimana mengangkat korban yang benar
jika korban mengalami patah tulang.
3. Bagaimana cara memberi nafas buatan jika
korban pingsan sebelum pertolongan medis datang.
4. Bagaimana cara membalut luka korban dengan
benar supaya tidak terjadi pendarahan yang lebih parah.
5. Apabila melihat ada korban yang mengalami
cidera, sebaiknya mencari bantuan orang lain atau panggil paramedis dan jangan
melakukan pertolongan sendiri.
6. Membawa korban dengan menggunakan
kendaraan yang nyaman agar luka korban tidak semakin parah.
Keberhasilan Penanggulangan
Pasien Gawat Darurat Tergantung 4 Kecepatan :- Kecepatan ditemukan adanya penderita GD
- kecepatan Dan Respon Petugas
- Kemampuan dan Kualitas
- Kecepatan Minta Tolong
Sistem Penanggulangan Gawat Darurat Koordinasi
Lintas Unit
0- 4 Menit
|
Mati Klinis
|
Kerusakan Sel-sel otak tidak diharapkan
|
4-8 menit
|
Mungkin sudah terjadi Kerusakan Sel-Sel Otak
|
|
8-10 menit
|
Mati Biologis
|
Sudah Mulai terjadi Kerusakan Otak
|
>10 menit
|
Hampir Dipastikan terjadi Kerusakan sel-sel Otak
|
Dalam
upaya mewujudkan SPGDT, rumah sakit perlu membentuk jejaring atau sistem yang
terintegrasi yang dimulai dari pra rumah sakit, inter rumah sakit dan intra
rumah sakit, salah satunya melalui call center begitu menurut Direktur Jenderal Bina Upaya Kesehatan
Kementerian Kesehatan RI, Prof. Dr. dr. Akmal Taher, SpU (K),
SPGDT Call
Center merupakan salah satu unsur pelayanan bertujuan mempermudah akses
pelayanan penderita gawat darurat. Dengan adanya SPGDT Call Center119,
maka diharapkan akan memberikan kemudahan kepada masyarakat mendapat
pertolongan pada saat terjadi kasus kegawatdaruratan serta untuk meningkatkan
akses masyarakat terhadap pelayanan kegawatdaruratan yang berkualitas, lanjut
Prof. Akmal.
Dirjen
BUK menambahkan, pemerintah dan segenap masyarakat bertanggung jawab dalam
memelihara dan meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan, termasuk pelayanan
kesehatan kegawatdaruratan.
Direktur Bina Upaya Kesehatan Rujukan Kemenkes RI
Dr. Chairul Radjab Nasution,SpPD,KGEH,FINASIM,M.Kes, menambahkan, kode akses
Panggilan Darurat 119 adalah milik Kementerian Kesehatan, yang dapat diakses
oleh pengguna (masyarakat) setelah jalurnya dibuka oleh para penyelenggara
telekomunikasi. Untuk seluruh lapisan masyarakat dihimbau bila mengalami
keadaan gawat darurat dan Anda menemukan korban bisa mulai melakukan kegiatan
dalam menciptakan SPGDT ini dengan memulai menghubungi akses 119.
Basic Life Support sendiri kini semakin banyak
digunakan di sejumlah negara dan telah memberikan banyak manfaat. Masyarakat
dan juga pengguna jalan menganggap bahwa prinsip-prinsip Basic Life Support
ini sangatlah penting, karena dalam keseharian sering terjadi kecelakaan atau
musibah di jalan raya. Bisa dibayangkan jika ada salah satu anggota keluarga
kita mengalami kecelakaan atau luka berdarah, paling tidak orang yang berada di
dekatnya bisa memberi pertolongan pertama sebelum memanggil paramedis atau
dibawa ke rumah sakit.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar