Rabu, 14 November 2012

Perawat Indonesia Lulus 2 Orang Ujian Sertifikasi di Jepang

PERAWAT INDONESIA YANG LULUS CUMA 2 ORANG 

           Pada tanggal 26 Maret, Kementrian Tenaga Kerja Jepang mengumumkan bahwa 3 orang perawat asing, 2 dari Indonesia dan 1 dari Filipina, berhasil lulus dalam ujian serifikasi perawat yang diadakan pemerintah Jepang. Tiga perawat asing tersebut merupakan peserta ujian Jepang yang jumlah totalnya mencapai 47.340 orang. Pada ujian tahun 2008, tidak ada satu pun perawat asing yang lulus. Ujian negeri untuk memperoleh sertifikat perawat ini, sebenarnya diadakan untuk orang Jepang. Perawat asing yang notabene didatangkan atas perjanjian Indonesia-Japan Economic Partnership Agreement (IJEPA) juga diwajibkan untuk mengikuti ujian ini bersama dengan calon perawat Jepang.

      Konon, proyek mendatangkan tenaga perawat dan care worker dari Asia Tenggara ini bukan karena Jepang kekurangan tenaga kerja yang mau bekerja di sektor ini. Hal ini bisa dilihat dari jumlah peserta orang Jepang yang lulus. Masyarakat Jepang sendiri tidak semuanya setuju. Kementerian Luar Negeri Jepanglah yang mengeluarkan isyarat akan di mulainya proyek ini dalam kerangka IJEPA tadi, yang kemudian dengan terpaksa diikuti oleh Kementrian Tenaga Kerja yang tergopoh-gopoh membuat regulasi. Jadi, di sinilah letak kunci permasalahannya, kurang koordinasi.

         Kedua perawat Indonesia ini, berhasil melewati ujian berkat dukungan penuh dari pihak rumah sakit tempat mereka bekerja. Pihak rumah sakit tidak hanya menyediakan ruang khusus untuk belajar dan laptop, namun juga sampai ke hal-hal seperti para perawatnya secara bergantian bertindak selaku pembimbing. Bagi orang Jepang sendiri, ujian sertifikasi perawat ini sangat susah, seperti istilah-istilah yang tertulis dalam kanji, yang orang Jepang sendiri banyak yang tidak bisa membacanya. Ada rumah sakit yang memberikan hari tertentu dalam seminggu khusus untuk belajar, ada pula yang memberikan jam pelajaran setelah jam kerja. Konon, waktu ujian tahun lalu, kedua perawat yang lulus ujian tersebut, jangankan mau mengisi, membaca soalnya saja tidak bisa. Jadi, tanpa bantuan native speaker dan dukungan penuh tempat mereka bekerja, rasanya mustahil untuk lulus.

            Pemerintah Jepang memberikan waktu 3 tahun bagi perawat asing untuk mengikuti ujian ini,  jika dalam waktu tersebut tidak lulus, maka perawat tersebut harus pulang ke negaranya. Selama mereka belum berhasil mengantongi sertifikat perawat, maka statusnya adalah, “pembantu” perawat, yang konsekuensinya mereka tidak mendapat gaji penuh sebagai perawat. Dalam melakukan tugasnya pun para pembantu perawat tersebut hanya diperbolehkan melakukan pekerjaan-pekerjaan yang bisa dilakukan siapa saja, seperti mengganti seprei dan mengurus pasien. Keadaan ini cukup menjatuhkan harga diri para perawat karena mereka memang memiliki pengalaman kerja di rumah sakit minimal 2 tahun. Bagi yang tidak tahan diperlakukan seperti perawat pemula, akan mengalami stres yang berujung pada hilangnya semangat kerja. Sebenarnya, dalam orientasi di Indonesia sudah dijelaskan kalau mereka akan diminta untuk mulai bekerja dari level bawah dan diminta untuk melupakan posisi waktu mereka di Indonesia.

          Ujian super sulit yang harus mereka hadapi bersama dengan orang Jepang ini tidak dijelaskan saat orientasi di Indonesia. Pihak penyelenggara orientasi juga tidak menjelaskan berapa besar gaji yang akan dipotong selain dari biaya akomodasi. Para perawat yang orang asing itu bahkan harus membayar iuran pensiun. Selain dari sulitnya ujian yang harus mereka hadapi, secara umum, rumah sakit atau panti jompo tempat mereka bekerja, memperlakukan mereka dengan baik. Bagi rumah sakit yang memiliki asrama, para perawat asing tersebut diberikan kamar asrama. Kalau tidak memiliki fasilitas asrama, rumah sakit mencarikan apartemen yang dekat dari rumah sakit dengan uang kontrak kamar dibayar patungan. Bahkan bagi mereka yang berprestasi, ada juga rumah sakit yang memberikan tiket gratis bagi perawat asing yang telah bekerja lebih dari 6 bulan. (M.Surya,dari berbagai sumber)

 Sumber: Komunitas Alumni Jepang di Indonesa

Tidak ada komentar:

Posting Komentar