Kisah Pasien Pikun Antarkan Perawat Masuk Islam
Seorang perawat muda menemukan hidayah seusai merawat nenek muslimah
Inggris penderita Alzheimer. Meski mengidap penyakit gangguan otak atau
demensia (pikun menahun) wanita berusia 80 tahunan ini masih mengingat
kewajiban salat lima waktu.
Ketaatan menjalankan ibadah salat dikala daya ingat sudah berkurang inilah yang menjadikan Cassie memutuskan menjadi muslimah."Setelah beberapa pekan dengan pasien saya, saya mulai terbiasa dengan pola hidupnya. Saya pikir awalnya dia meniru gerakan orang lain, namun saya melihatnya mengulangi gerakan itu pada waktu-waktu tertentu, pagi, siang, dan petang," ujar Cassie saat menceritakan pengalaman batinnya seperti dikutip laman Saudigazette, Selasa, 21 Oktober 2014.
Cassie menjelaskan, gerakan yang dilakukan pasiennya itu sepeti mengangkat kedua tangan, menunduk, dan menyentuhkan kepalanya di lantai.
Kala itu, Cassie sama sekali tak mengerti gerakan apa yang dilakukan pasiennya tersebut.
"Dia juga sering mengualangi kalimat-kalimat dalam bahasa lain. Saya tak tahu bahasa apa yang digunakan karena suaranya pelan," katanya.
Selain gerakan rutin tersebut, Cassie juga dilarang pasiennya untuk untuk memberi makan dengan menggunakan tangan kirin.
Penasaran dengan perilaku pasiennya tersebut, Cassie memutuskan untuk mencari tahu lewat online dan bertanya kepada orang-orang. Sampai akhirnya Cassie mengetahui jika gerakan yang dilakukan pasiennya itu adalah salat.
"Saya sangat terkejut. Bagaiman mungkin Seorang nenek - nenek yang telah kehilangan banyak memori tentang anaknya, pekerjaan, dan hampir tak bisa makan dan minum bisa ingat bahkan melakukan salat serta mengingat bacaan dalam bahasa lain," kisah Cassie.
Kekaguman ini menghantarkan Cassie untuk menggali lebih jauh keyakinan yang dianut pasiennya tersebut.
Cassie akhirnya mendapatkan link terjemahan Quran dan mencoba mendengarkannya.
"Ayat mengenai lebar membuat saya merinding dan saya mengulanginya terus-menerus setiap hari. Saya merekam Quran dalam iPhod dan memberikannya kepada pasien saya. Dia tersenyum dan menangis," kata Cassie yang mengetahui alasan tangisan itu setelah membaca terjemahannya.
Sejak kejadian itu, rasa penasaran Cassie terus digali dengan rajin mengunjungi Masjid dan belajar dari imam di tempat itu.
"Saya tak pernah memegang keyakinan apapun namun saya mempercayai adanya Tuhan. Saya hanya tak tahu cara menghormatinya," katanya.
Sampai suatu saat, Cassie akhirnya memutuskan untuk mengucapkan dua kalimat Syahadat. "Orang yang pertama saya beri tahu tentang kemualafan ini adalah pasien saya itu, bukan saudara. Sebelum saya membuka mulut, dia menangis dan tersenyum pada saya," katanya.
Usai sepekan menjadi muallaf, Cassie harus menghadapi kabar duka. Pasien pengidap Alzheimer yang membuka pintu hidayah baginya dipanggil sang Pencipta.
"Dia seperti Ibu yang tak pernah saya miliki dan dia telah membuka pintu menuju Islam," isak Cassie.
Kisah ini mengisfirasi kita bahwa bila kita bekerja dengan ikhlas Allah akan membukakan pintu hidayah kekita, apalagi pekerjaan kita sebagai perawat yang selalu bergelut dengan hal-hal yang menunjukkan kekuasaan Allah yang mahha kuasa,....
Sumber: Dream. co.id
Tidak ada komentar:
Posting Komentar